Sunday, June 25, 2006

Teori Evolusi -- Kegalauan Ilmu terhadap agama 3

Kutipan ini bagian ketiga dari teori evolusi. Bagian 1 dan 2 di Links: Sains

Evolusi Charles Darwin adalah Suatu Kenyataan...

''THE Origin of Spesies'' (Asal-usul Spesies) karya ilmuwan Charles Darwin, pada awal terbitnya di abad Ke-19 benar-benar menggemparkan jagat. Paparan evolusi dalam buku itu memancing kontroversi dengan kalangan agamawan yang fanatik terhadap penciptaan semesta seperti yang ditulis kitab suci.

Kontroversi itu pula yang membuat Yayasan Obor Indonesia tertarik menerbitkannya, diterjemahkan oleh tim dari Pusat Penerjemah Nasional Universitas Nasional Jakarta. "Kami mencoba memunculkan ide-ide Darwin sebenarnya," kata Bambang Murtianto, editor The Origin of Spesies.

Pada acara diskusi dan bedah buku The Origin of Spesies di Jakarta, Rabu (3/3), pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF) Jakarta Prof Dr Franz Magnis-Suseno justru menganggap buku Charles Darwin sebagai salah satu yang sangat berpengaruh mengubah pandangan manusia modern menjadi evolutif.

Magnis juga berpendapat bahwa teori evolusi Darwin memang suatu kenyataan dengan pendasaran ilmu alam, sehingga tidak lagi diragukan.

"Yang masih jauh dari jelas adalah yang disebut neo-Darwinisme, yang melihat evolusi sebagai suatu proses kebetulan berdasarkan perubahan-perubahan kecil dan seleksi. Itu pandangan kekanak-kanakan. Itu bisa menjelaskan evolusi perbaikan jenis-jenis yang ada, tetapi untuk perkembangan organisme-organisme baru, misalnya perkembangan binatang bertulang belakang atau berkembangnya burung dari reptil, sama sekali belum diketahui mekanismenya," paparnya.

Yang menurut Magnis penting adalah bahwa ajaran evolusi sama sekali tidak bertentangan dengan kepercayaan pada penciptaan Allah. Sebaliknya penciptaan Allah tidak menjadi lebih kecil karena ini suatu proses yang berjalan terus sejak permulaan Bumi dan kekuatan berkembang diletakkan Allah ke dalam alam itu sendiri.

"Bisa dikatakan evolusi itu sedemikian logis dan teologis, karena terarah pada tahap-tahap. Sebaliknya, sama sekali tidak cocok kalau itu dianggap hanya kebetulan terjadi dan kemendadakan," tambahnya.

DI Gereja Katolik, Paus pun sudah dua kali mengatakan tidak ada masalah dengan evolusi. "Tapi memang ada kelompok fundamentalis yang menolak teori evolusi dan mengatakan itu bertentangan karena mereka mengikuti kitab suci secara harafiah," tutur Magnis.

Menurut dia, kalau kitab suci menyebut penciptaan dalam enam hari, itu bukan suatu diskripsi ilmu alam melainkan suatu cara simbolis untuk mengungkapkan bahwa semuanya diciptakan Allah.
Menurut Ketua Himpunan Penerjemah Indonesia Beny Hoedoro Hoed, buku ini diterjemahkan dengan cukup baik dan teliti. "Hanya saja ada kesulitan dari segi panjangnya kalimat karena Darwin menulis pada abad Ke-19,"katanya.

Yang jelas, hadirnya terjemahan buku karya Charles Darwin tersebut akan makin memacu manusia untuk lebih memahami keberadaannya.(LOK)


Sumber : Kompas.com, rubrik humaniora. Tgl. 4 Maret 2004.

Catatan :
Yang agak menarik dari beliau ini adalah pandangan (penyimpulan) bahwa ketika kitab suci menyebutkan penciptaan dalam enam hari. Itu bukan suatu deskripsi ilmu alam, melainkan suatu cara simbolis bahwa semuanya diciptakan Allah.

Penyampaian wahyu periode penciptaan disebutkan dalam Al Qur'an dan Injil. Kadang memang kita terbiasa menjadi terlalu angkuh pada ilmu dan segalanya berada pada khazanah keilmuan (ilmu yang dipahami manusia), sehingga wahyu didekati sebagai "simbolis" saja, bukan sebagai petunjuk dari sang Mahapencipta. Kadang, kita menjadi begitu angkuh untuk menjadikan 'miracle of science'karena logika-logika dunia materi sangat sense dengan metodologi sains yang memang tidak bebas nilai.

Yang juga menarik karena ini disampaikan oleh Prof Magnis, yang tulisan,pemikirannya sering dimuat diberbagai media massa, dan sering membuat saya hanya bisa terbata-bata membacanya. Tiba-tiba saya merasa aneh membaca garis pemikirannya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home