Tuesday, June 27, 2006

Historitas Injil, % Kata-kata Yesus ....

38. Waktu anda ditanya tentang kesejarahan Perjanjian Baru, jawaban anda banyak menyinggung surat-surat Paulus dan siapa penulisnya. Bagaimana tentang injil?
Sejauh mana gambaran Yesus dalam Injil dapat dipercaya?

JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Jawaban dalam garis besar yang sering diberikan adalah bahwa injil-injil itu bukanlah biografi, dan secara umum jawaban itu benar. Seorang penulis biografi biasanya ingin menuliskan seluruh kehidupan individu dan merekam semua yang bisa kita ketahui tentang orang tersebut. Dua injil (Markus dan Yohanes) sama sekali tidak membicarakan asal-usul Yesus, kelahiran atau awal kehidupannya sebelum Ia bertemu dengan Yohanes Pembaptis. Markus tidak pernah menyinggung nama ayah syah Yesus (Yusuf) dan Yohanes tidak pernah menyebut nama ibu Yesus (Maria). Kelangkaan ini memberi contoh tidak adanya materi-materi biografi, yang seharusnya ada seandainya para penulis injil memang ingin menulis biografi Yesus.

Namun saya minta perhatian khusus pada injil Lukas. Injil ini cukup istimewa karena berhubungan dengan Kisah Para Rasul. Dalam Kisah diceritakan 'sejarah' orang-orang Kristen awal,sedangkan dalam injil Lukas diceritakan bagaimana Yesus
dikandung, dilahirkan dan masa muda-Nya. Maka dari itu injil Lukas agak menyerupai biografi dibandingkan dengan injil-injil lain. Tak satupun injil menceritakan kehidupan Yesus secara utuh. Yang disampaikan kepada kita hanyalah
beberapa data historis tentang situasi hidup-Nya, kata-kata dan perbuatan-Nya. Maka dari itu pernyataan bahwa injil-injil bukanlah biografi tak menyebabkan lunturnya gambaran Yesus yang ada di dalamnya. Gambaran yang dibentuk memang lebih dari sekedar evaluasi teologis. Di sana ada interpretasi atas kehidupan dan kata-kata serta perbuatan nyata Yesus.
46. Saya ingin lebih jelas. Dapatkah anda memberikan prosentase kata-kata Yesus yang ada dalam Injil, berapa prosen yang masih asli dan berapa prosen yang sudah berubah?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Terus terang saya tidak dapat. Dan kalau saya mencoba memberikan jawaban kepada anda, saya peringatkan bahwa orang lain akan memberikan jawab yang berbeda. Untuk sebagian besar tergantung pada kriteria yang digunakan untuk menentukan keaslian. Ternyata para ahli, karena ingin sungguh-sungguh teliti, banyak yang kemudian menjadi minimalis. Artinya kata-kata Yesus yang "asli" menjadi sangat sedikit. Saya cenderung konservatif dalam masalah ini. Keyakinan saya, kalau terjadi perkembangan-perkembangan di luar kata-kata Yesus yang asli, hal itu harus dibuktikan bukan hanya diandaikan. Golongan yang lebih radikal akan mengatakan, bahwa semuanya adalah ciptaan Gereja, kecuali bisa dibuktikan bahwa memang diturunkan dari Yesus. Apakah hal semacam itu logis? Bagaimana mungkin orang bisa percaya kepada Yesus, kalau mereka tidak menaruh perhatian kepada apa yang dikatakan oleh Yesus, melainkan hanya pada tentang penangkapan kreatifnya sendiri tentang arti kata-kata Yesus? Seluruh pernyataan Komisi Kitab Suci Kepausan dengan menyatakan "Kebenaran historis Injil" (no. 40) adalah untuk menekankan adanya kesinambungan hakiki antara Yesus dengan Injil. Dan saya sangat setuju dengan hal itu.
70. Saya mempunyai pokok khusus. Saya ingin tahu, apa yang dipikirkan Yesus tentang diri-Nya. Tahukah Ia bahwa diri-Nya Allah?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Ini suatu pertanyaan yang langka. Saya tidak suka bersilat lidah. Namun sebelum menjawabnya, satu hal ingin saya mintakan penjelasan, apa yang dimaksudkan dengan kata "Allah" di sini? Pertanyaan di
atas mengenai Yesus, seorang Yahudi Galilea, yang hidup pada pertigaan pertama abad ke-1. Kepada Yesus ini dikenakan sebutan "Allah," tetapi Allah yang mempunyai arti khusus, berkaitan dengan latar belakang dan bahasa teologi saat itu.
Dengan sederhana dapat dikatakan, bahwa bagi orang Yahudi waktu itu "Allah" berarti Tokoh yang tinggal di surga. Sebutan "Allah" merupakan salah satu dari banyak sebutan yang lain. Maka, kalau kepada Yesus yang hidup di dunia diajukan pertanyaan, "Apakah engkau mengira dirimu Allah?," sebenarnya berarti apakah Ia mengira diri-Nya seseorang yang tinggal di surga? Jelas pertanyaan semacam itu tidak tepat, karena Yesus dapat dilihat di dunia. Dan nyatanya pertanyaan
seperti itu tidak pernah diajukan kepadaYesus. Paling-paling Ia ditanya mengenai hubunganNya dengan Allah. Suasana persoalan seperti itu dapat kita lihat dalam Mrk 10:17-18. Seseorang menyebut Yesus sebagai 'guru yang baik,'dan Yesus menjawab, "Mengapa kamu katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain Allah saja." Nyata bahwa ada jarak antara Yesus dan sebutan "Allah."

Namun benar juga, anda dapat menunjuk dalam Injil lain, di mana Thomas dipuji karena menyebut Yesus "Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28). Hal itu bisa terjadi karena ucapan itu terdapat dalam Injil keempat (Yohanes). Injil yang ditulis
pada tahun-tahun terakhir abad pertama. Pada waktu itu, di bawah pengaruh tuntutan mereka untuk mengerti Yesus, umat Kristen sampai pada batas tertentu memperluas jangkauan arti kata "Allah." Kata itu tidak hanya mencakup Bapa yang di surga, melainkan juga Putera yang di dunia. Mereka sampai pada kesadaran bahwa Yesus begitu erat berelasi dengan Allah, begitu penuh dengan kehadiran Allah. Akibatnya sebutan "Allah" pantas diterapkan pada-Nya, sebagaimana sebutan itu diterapkan kepada Bapa yang di surga. Perlu saya tekankan, hal ini tidak menyangkut adanya perubahan pada Yesus. Yang berubah dan berkembang adalah pandangan umat Kristen tentang diri-Nya. Perkembangan ini terus berlangsung hingga pada Konsili Nicea, pada awal abad ke 4. Orang Kristen menyebut Putera Allah sebagai "Allah benar dari Allah benar." Pengaruh dari Yesus dan refleksi atas diri-Nya mengubah seluruh bahasa teologi bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Perubahan itu mencakup istilah "Allah."

Setelah menjelaskan kesulitan bahasa, saya ingin menyusun kembali pertanyaan anda, yang saya yakin sesuai dengan maksud anda sebenarnya, dan kemudian menjawabnya. Berdasar kenyataan bahwa istilah "Allah" berkembang sedemikian
sehingga mengungkapkan wawasan mengenai jati diri Yesus, kiranya pertanyaan anda dapat dirubah menjadi: "Apakah Yesus tahu bahwa Ia mempunyai jati diri yang oleh para pengikut-Nya di kemudian hari dimengerti sebagai Allah?
Kalau Ia adalah Allah (pada umumnya kebanyakan orang Kristen akan sependapat tentang hal itu), apakah Ia tahu siapa diri-Nya?

Menurut saya, jawaban yang paling sederhana adalah "ya." Tentu saja tidak ada cara untuk membuktikan suatu jawaban afirmatif karena kita tidak mempunyai bahan yang melukiskan seluruh kehidupan-Nya. Namun menurut apa yang ada dalam
Injil, Yesus senantiasa ditampilkan sadar akan hubungan khusus-Nya dengan Allah, yang menyebabkan Ia mampu berbicara dengan kewibawaan yang mengagumkan. Tidak ada satu peristiwa dalam Injil yang menggambarkan Ia menemukan sesuatu tentang
diri-Nya, yang tidak diketahui sebelumnya. Saya tahu yang saya katakan ini bertentangan dengan beberapa pandangan populer. Menurut pandangan populer itu, Yesus menemukan jati diri-Nya pada saat dibaptis, atau pada satu saat yang lain.
Menurut saya pandangan semacam itu tidak mempunyai alasan yang kuat. Peristiwa pembaptisan disusun untuk memberitahu pembaca siapa Yesus itu dan bukan memberi tahu Yesus siapa diri-Nya.

86. Apa hubungan antara orang Kristen awal dengan orang Yahudi?
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Tentu saja semua orang Kristen pertama adalah orang Yahudi. Keyahudian Yesus dan mereka yang percaya kepada-Nya membantu untuk menjelaskan tidak adanya rencana pendirian Gereja. Struktur baru tidak perlu dibentuk, karena Yudaisme telah memiliki struktur semacam itu. Mereka sudah mempunyai lembaga imamat, liturgi, kurban-kurban, pesta-pesta dan administrasi. Yesus tidak perlu memikirkan hal-hal semacam itu, sejauh mereka terbuka terhadap semangat reformasi yang dituntut oleh pewartaan
Kerajaan Allah.

Kis 3:1 dan 5:12 menceritakan bahwa Petrus dan Yohanes serta beberapa nama lain dari kelompok dua belas itu, pergi ke rumah ibadat (Kenisah) pada saat-saat jam doa. Tampaknya kepercayaan mereka kepada Yesus tidak membawa kesulitan
kepada ibadat mereka di kenisah. Markus 12:29 seakan-akan merupakan ajakan Yesus kepada para pembaca untuk mengucapkan doa Shema sebagai tanda bahwa mereka telah menerima Kerajaan Allah. "Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa." Madah Benedictus misalnya mempunyai bentuk yang sesuai dengan bentuk madah Yahudi di masa Perjanjian Baru, kecuali dalam soal pemenuhan campur tangan ilahinya. Bagi orang Kristen pemenuhan itu terjadi dalam diri Yesus. Masih banyak contoh lain tentang keyahudian orang Kristen pertama.

----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
ISBN 979-497-261-4

Catatan : Dikutip (copy paste dari http://media.isnet.org/kristen/101/index.html)seperti adanya. Kecuali penambahan tebal atau garis miring hanya saya lakukan untuk menegasi, jawaban pendeta/pastor yang menarik perhatian saya.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

KALO ENTE NGOMONGIN KRISTEN,
BOLEH DONG ANE NGOMONGIN ISLAM...
BIAR IMBANG COY..

MAEN KE BLOG ANE YAAH.....

12:40 PM  

Post a Comment

<< Home