Sunday, August 06, 2006

Batasan Syetan

Sumber : akmal.multiply.com/journal

assalaamu’alaikum wr. wb.
Sebelum membahas mengenai inti dari tulisan ini, perlu kiranya dijelaskan mengenai batasan syetan di sini. Penggunaan nama "syetan" untuk bangsa jin adalah tidak adil dan salah kaprah. Bagaimana pun, bangsa jin ada juga yang beriman kepada ajaran yang benar, yaitu kepada ajaran Tauhid yang sama-sama menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang selain-Nya. Di sisi lain, kata "syetan" di dalam Al-Qur’an tidak hanya digunakan untuk membicarakan bangsa jin yang sesat dan menyesatkan, namun juga bangsa manusia yang memiliki sifat demikian.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh dari syetan-syetan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain dengan kata-kata dusta yang indah-indah untuk memperdaya manusia. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah mereka tidak melakukannya. Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan itu. Q.S. Al-An’aam [6] : 112
Singkatnya, manusia yang sesat dan menyesatkan pun bisa dikategorikan sebagai syetan. Meski demikian, bukan berarti kita perlu menyebut semua orang yang mengajak pada keburukan dengan sebutan "syetan", karena Rasulullah saw. pun tidak berbuat demikian kepada musuh-musuh beliau. Dengan demikian, "syetan" adalah evil, bukan devil. Syetan bukanlah suatu jenis makhluk yang berbeda dari yang sudah ada, melainkan hanya sebuah jenis penyifatan terhadap bangsa jin dan manusia.
Iblis adalah oknum syetan yang paling terkenal di seluruh penjuru dunia. Yang satu ini memang benar-benar berasal dari bangsa jin. Ketika Allah mengutuknya karena telah menipu Nabi Adam as., Iblis tidak langsung memohon ampun (padahal Iblis pasti tahu bahwa Allah adalah Maha Penerima Taubat). Kesombongannya justru makin menjadi-jadi dengan peristiwa tersebut, hingga ia memohon kepada Allah agar diberikan tangguh sehingga bisa terus menggoda anak-cucu Nabi Adam as. ke jalan yang sesat. Na’uudzubillaah.
Dalam perkembangannya, Iblis memperoleh banyak sekali pengikut. Ada yang secara tidak sadar mengikutinya, ada pula yang secara sadar. Banyak sekali manusia yang menyangka dirinya mulia, perbuatannya baik, bahkan menganggap dirinya sebagai bagian dari orang-orang shalih, namun secara tidak sadar ia ikut serta menyukseskan program penyesatan Iblis. Lebih parah lagi, ada pula golongan manusia yang secara sadar mengikuti bisikan-bisikan Iblis, misalnya pada sekte-sekte ajaran sesat yang secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai penyembah Iblis.
Untuk menyukseskan program penyesatannya hingga akhir jaman, Iblis senantiasa memutar otak untuk melancarkan serangan pada manusia, menjauhkannya dari jalan yang benar. Seringkali, tipu daya syetan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Kalau mereka tidak bisa membelokkan kita kepada jalan kesesatan, maka mereka akan menyesatkan kita secara bertahap, sehingga sedikit demi sedikit kita akan makin menjauh dari jalan Allah.
Para pemuda mempelajari agamanya siang dan malam, menekuni buku-buku tulisan para ulama terkemuka, menelaah kata per kata di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan kegigihan yang amat mencengangkan. Mereka pun tumbuh menjadi para ahli fiqih yang keberadaannya sangat vital bagi umat. Namun syetan datang kepada mereka dan membisikkan ini-itu ke telinga mereka, sehingga sebagian di antara mereka menggunakan ilmu-ilmunya untuk saling mencela saudara seimannya, bahkan saling mengkafirkan tanpa alasan yang benar. Kita menyaksikan banyaknya kaum ‘ahli fiqih’ semacam ini yang memberi cap sesat pada Asy-Syahid Hasan al-Banna, Asy-Syahid Sayyid Quthb, Yusuf Qardhawi, Harun Yahya, atau Aa Gym. Padahal, kekeliruan tidaklah sama dengan kesesatan. Hanya karena mereka berbuat kesalahan, bukan berarti mereka sesat dan menyesatkan. Apalagi, cap sesat ini diberikan tanpa didahului oleh tabayyun sebelumnya. Orang-orang yang gemar mencela ini, sesuai kehendak Allah, akan senantiasa menjadi buih. Umat manusia tidak menganggap mereka ada, kecuali sebagian kecil saja, sementara orang-orang yang mereka cela terus melaju dengan jihadnya masing-masing.
Demikian pula kita saksikan betapa banyaknya orang yang berusaha menjadi shalih dengan meramaikan masjid. Shalat lima waktu ditunaikannya di masjid bersama-sama dengan jamaah. Dikenakannya pakaian yang baik, dibersihkannya dirinya sendiri dengan wudhu, bahkan bersiwak, kemudian pergilah mereka ke masjid. Apa dinyana, justru sajadah merekalah yang membawa mereka pada pelanggaran terhadap perintah Allah. Dibawanya sajadah yang lebar-lebar, lebih dari kebutuhan, sehingga terdapat jarak antara dirinya dan orang lain di sebelahnya. Padahal, Allah memerintahkan kita untuk merapatkan shaf, apalagi dalam shalat.
Begitulah kiprah Iblis dan kroni-kroninya. Perlu pengamatan yang cermat untuk bisa menghindarkan diri dari tipu daya mereka. Tidak ada manusia yang bisa mengklaim dirinya bebas dari godaan syetan, karena bisa jadi mereka sendiri telah menjadi agen-agen syetan, sehingga dirinya pun pantas untuk disebut sebagai syetan.
Paling tidak ada sembilan kunci sukses yang selalu digunakan syetan untuk menyesatkan manusia. Golongan syetan akan menggunakan metode yang paling tepat untuk menggoda manusia sesuai karakternya masing-masing, atau menggunakan kombinasi dari metode-metode ini untuk mencapai keberhasilan misinya.
Pertama, menimbulkan rasa was-was. Rasa was-was ini bisa dimunculkan dengan berbagai cara. Syetan bisa saja membujuk manusia untuk berprasangka buruk pada saudaranya, sehingga menuduh yang tidak-tidak. Syetan juga melancarkan kampanye negatif terhadap Islam dengan memanfaatkan media massa. Umat Islam yang menuntut penegakan syariat dibilang ekstrimis, hukum qishash disebut kejam, dan jilbab dianggap sebagai pengekangan terhadap kaum perempuan. Begitulah gambaran yang hendak diberikan oleh syetan kepada umat Islam, agar mereka takut dan tidak percaya diri dengan ajaran agamanya sendiri.
Kedua, membuat lupa. Dengan berbagai cara, syetan bisa membuat kita melupakan banyak hal. Syetan membuat kita malas sehingga lalai mengerjakan shalat, misalnya. Karena waktu untuk Zhuhur cukup panjang, maka kita menundanya terus, hingga tanpa sadar sudah masuk waktu Ashar. Bahkan seorang rekan Nabi Yusuf as. pun bisa lupa pada beliau, dan kelupaannya ini menyebabkan Nabi Yusuf as. terus mendekam di penjara selama beberapa tahun. Kisah ini dapat dibaca pada surah Yusuf, terutama pada ayat ke-42.
Ketiga, memanjangkan angan-angan. Imajinasi adalah sarana untuk membayangkan apa yang tidak ada di hadapan kita. Cita-cita adalah imajinasi masa depan yang ideal. Akan tetapi, cita-cita berbeda dengan angan-angan. Angan-angan cenderung bertolak pada kegemaran manusia untuk mengkhayalkan yang enak-enak tanpa ada usaha untuk mewujudkannya. Adapun cita-cita lebih bermakna positif, memperhitungkan langkah-langkah yang akan diambil, mengantisipasi resiko sebaik mungkin, dan selalu diikuti dengan usaha-usaha untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya. Syetan membuat manusia menjadi pasif, tunduk pada angan-angan kosong, dan jauh dari realita. Persis seperti sebagian umat Islam yang mengharapkan keadilan di negerinya, namun tidak ada usaha untuk mendukung penegakan syariat.
Keempat, membuat indah. Bahkan kata "indah" pun sudah melenceng jauh artinya. Allah itu indah dan mencintai keindahan. Samakah antara keindahan alam ciptaan Allah dengan tubuh para peragawati yang diobral ke seluruh penjuru dunia? Samakah pemuasan hawa nafsu birahi sesaat dengan kasih sayang antara suami-istri yang sah? Namun dunia kini mengenal gaya hidup gonta-ganti pasangan sebagai bagian dari hak asasi manusia. Anehnya, hak asasi manusia lainnya, yaitu hak untuk tidak dibuat cemburu dan patah hati, tidak pernah disebut-sebut. Begitulah syetan membuat perbuatan-perbuatan yang amat buruk terlihat menjadi indah di mata sebagian manusia.
Kelima, memberi janji-janji. Persis seperti Belanda yang menipu Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro, maka Iblis dan antek-anteknya pun tidak pernah bisa dipercaya. Mereka senantiasa melanggar janji. Janji-janjinya tidak bernilai sama sekali, dan tidak semestinya umat Islam mau ditipu dengan cara yang sama berulang kali. Tidak semestinya kita percaya begitu saja dengan janji-janji Israel. Apa pun yang mereka katakan, kita harus senantiasa waspada, karena sudah puluhan kali mereka melanggar perjanjian yang mereka ikrarkan sendiri. Sebagai seorang Muslim, kelengahan adalah musuh!
Keenam, membuat tipu daya. Bahkan semua cara kerja syetan dilandaskan pada tipu daya. Mereka menyamarkan antara ‘kepentingan’ dan ‘keinginan’. Hal ini tidak jauh beda dengan ucapan sebagian orang yang membela peredaran rokok untuk membela kepentingan sebagian rakyat. Padahal justru untuk kepentingan rakyatlah maka rokok harus diharamkan. Namun makna "kepentingan" kini sudah berubah menjadi "keinginan", maka sulitlah bagi kita untuk meneruskan diskusi yang membenturkan berbagai keinginan.
Ketujuh, menghalangi dari jalan Allah SWT. Jelaslah bahwa tujuan akhir dari segala misi syetan adalah untuk menghalangi umat Islam dari jalan Allah. Sampai-sampai para pemimpin perguruan tinggi tidak takut lagi pada neraka, sehingga melarang para mahasiswi untuk menutup auratnya, padahal para pemimpin tersebut juga muslim. Bahkan ada orang tua yang tidak begitu suka melihat anaknya mengenakan jilbab dan aktif dalam dakwah. Na’uudzubillaah!
Kedelapan, menimbulkan permusuhan. Bahkan hal-hal kecil pun bisa digunakan oleh syetan untuk mengadu domba manusia. Kurang lebih sama dengan orang-orang yang gemar mencela para ulama dengan berbagai alasan. Jika ulama-ulama itu tidak bersabar – dan bersabar adalah pilihan yang terbaik – maka tentulah umat ini akan terpecah belah lebih parah lagi. Proyek adu domba ini digunakan oleh setiap penjajah di seluruh dunia, karena kaum penjajah memang selalu berada di bawah kendali syetan. Theodore Herzl, moyangnya kaum Zionis, pernah meminta tanah di Palestina untuk kaum Yahudi kepada Sultan Abdul Hamid II sebagai khalifah umat Islam pada waktu itu. Tentu saja, permintaannya itu diiringi dengan berbagai janji-janji yang menyilaukan. Namun, Sultan Abdul Hamid II hingga akhir hayatnya tidak pernah rela memberikan sejengkal tanah pun pada mereka, karena itu bukan hak mereka. Begitulah syetan berusaha mengadu domba manusia, dengan memanjakan satu pihak dan memerangi pihak yang lain.
Kesembilan, berkata dusta. Dusta berbeda dengan tipu daya. Tipu daya adalah strategi-strategi matang yang membuat manusia terkecoh, sedangkan dusta adalah perkataan yang tidak jujur. Telah banyak contoh yang bagus mengenai kedustaan golongan syetan, dan tidak semestinya umat Islam terkecoh dan terkecoh lagi. Umat Islam harus bersikap proaktif, bukan sekedar reaktif. Apa pun yang dikatakan oleh golongan syetan tidak boleh langsung dipercaya begitu saja, sebab dusta adalah tabiatnya.
Demikianlah berbagai jalan yang ditempuh oleh syetan untuk menyesatkan manusia. Umat Islam harus mengenali cara-cara mereka dan memahami tabiat mereka, sehingga tidak dengan mudahnya tertipu oleh gaya mereka yang penuh tipu daya. Sudah saatnya kita menjadikan syetan sebagai musuh, bukan sebagai kawan, apalagi pemimpin.

wassalaamu’alaikum wr. wb.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home